Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wadah Budidaya Perikanan : Tambak

Sistem budidaya perairan lain yang sedang mengalami ledakan perkembangan adalah budidaya tambak. Sistem ini biasanya dibangun di wilayah yang berdekatan dengan daerah pesisir pantai. Sumber air yang digunakan untuk tambak kebanyakan merupakan air asin, sehingga organisme yang dapat dibudidayakan dengan sistem ini pun terbatas pada organisme air asin atau air payau (campuran air asin/laut dengan air tawar/sungai) saja seperti udang, kakap, dan bandeng.

Berdasarkan luasan tambak dan kepadatan oganisme yang dipelihara maka terdapat tiga jenis tambak yaitu tambak tradisional (ekstensif), tambak semi intensif dan tambak intensif. Usaha budidaya dengan sistem tambak apabila dilakukan dengan cara yang benar, maka akan memberikan banyak keuntungan khususnya bagi pengelola, maupun bagi masyarakat sekitarnya, seperti :
  1. Organisme yang dibudidayakan dalam tambak umumnya berupa organisme dengan harga jual yang tinggi, sehingga usaha tambak jelas mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, terutama untuk tambak intensif.
  2. Dengan adanya usaha tambak di suatu lingkungan pantai, maka diharapkan dapat membuka lahan kerja baru bagi masyarakat di sekitarnya.
  3. Pengontrolan organisme yang dibudidayakan menjadi lebih mudah, karena lingkungan pemeliharaannya yang terbatas.

Secara teknis ketiga jenis tambak tersebut memiliki beberapa perbedaan dalam pengoperasiannya. Letak perbedaan tersebut antara lain adalah :

A. Tambak Tradisional (Tambak Ekstensif)
Tambak sistem ini biasanya dibangun pada lahan pasang surut yang pada umumnya berupa rawa-rawa bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan. Luas tambak berkisar antara 1-3 ha dengan satu pintu air di setiap petak. Pengisian dan pembuangan air bergantung sepenuhnya pada daya gravitasi pasang surutnya air laut. Tambak ekstensif sangat bergantung pada keberadaan pakan alami yang ditumbuhkan di dasar tambak yang telah disiapkan dengan pemupukan, kedalaman air sekitar 0,5-0,6 m dan tidak digunakan kincir air, sedangkan pompa air masih digunakan untuk proses
penggantian air.
Tambak Tradisional [sumber]
Kepadatan organisme yang dipelihara sangat rendah misalnya untuk udang windu (Penaeus monodon) hanya sekitar 3-10 ekor/m2.

B. Tambak Semi Intensif
Tambak ini umumnya tidak seluas tambak ekstensif, yaitu hanya berkisar antara 0,5-1 ha. Pengisian dan pembuangan air dilakukan melalui saluran yang berbeda. Tambak dengan luas petakan 0,5 ha, berbentuk bujur sangkar, pintu pembuangan air diletakkan di tengah lantai dasar tambak yang miring ke arah tengah. Pada tambak semi intensif selain penggunaan pompa juga sudah digunakan kincir air yang berfungsi sebagai aerator.
Tambak Semi Intensif [sumber]
Kepadatan organisme yang dipelihara dalam tambak lebih tinggi dibandingkan dengan tambak ekstensif, misalnya untuk udang windu yaitu sekitar 10-25 ekor/m2 dan pakan buatan sudah mulai digunakan sebagai pakan tambahan.

C. Tambak Intensif
Luas petak pemeliharaan yang digunakan untuk tambak intensif adalah yang terkecil dibandingkan dengan kedua tipe tambak lainnya yaitu sekitar 0,3-0,5 ha. Biasanya tambak intensif sudah dilengkapi dengan pintu pembuangan di tengah dan pintu panen model monik yang diletakkan di pematang saluran buangan. Untuk tambak air payau, percampuran air tawar dan air laut dilakukan dalam bak pencampur.
Tambak Intensif [sumber]
Dalam tambak intensif penggunaan kincir dan pompa sudah optimal, kepadatan organisme yang dipelihara dalam tambak sangat tinggi dibandingkan dengan tambak ekstensif, misalnya untuk udang windu yaitu sekitar 30-40 ekor/m2 dan penggunaan pakan buatan merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pemeliharaan. Budidaya dengan sistem tambak intensif biasanya dilakukan secara besar-besaran dan hanya dilakukan oleh para pengusaha yang bermodal besar.


Sumber : Modul Keteknikan Budidaya Perikanan

Semoga Bermanfaat...

Posting Komentar untuk "Wadah Budidaya Perikanan : Tambak"