Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesut Mahakam : Si Lucu Yang Hampir Punah (Part 1)

Indonesia, khususnya Propinsi Kalimantan Timur dengan hutan hujan tropisnya merupakan habitat bagi berbagai jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan). Namun sangat disayangkan saat ini habitat tersebut terancam punah akibat pemanfaatan sumber daya alam yang tak berkelanjutan. Kerusakan habitat menjadi faktor terpenting dalam proses menurunnya populasi jenis flora dan fauna secara drastis.  Jika hal ini tidak segera dihentikan, tidak mustahil dalam beberapa tahun mendatang kita akan kehilangan banyak jenis flora dan fauna langka yang merupakan ciri khas dan endemik di Kalimantan Timur.

Potensi keanekaragaman hayati di Daerah Mahakam Tengah (DMT) sangatlah tinggi. Keberadaan satwa-satwa khas seperti mamalia air tawar Pesut Mahakam, burung enggang dan reptilia endemik seperti Buaya Sapit atau disebut Senyulong serta Biawak Kalimantan. Jenis satwa-satwa tersebut merupakan jenis yang dilindungi dan memiliki status mendekati terancam hingga sangat terancam. Beberapa factor penyebab terjadinya ancaman ketidakberlangsungan hidup satwa tersebut di daerah ini meliputi kebakaran dan penebangan hutan, penangkapan satwa, habitat tercemar, konversi hutan, ditambah pemanfaatan SDA secara berlebihan. Ancaman ini dapat berdampak pada suatu kemiskinan akan hutan, flora dan fauna, air bersih dan ekonomi.
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)
Salah satu makhluk yang terancam punah adalah Ikan Pesut. Kehidupan pesut memang sangat memprihatinkan. Populasinya terus menurun sejalan dengan aktivitas sosial ekonomi masyarakat yang menjadikan sungai ini sebagai alur lalu lintas utama. Sungai dan daerah alirannya, termasuk danau atau pantai yang mengitarinya yang mengalirkan air Sungai Mahakam, secara umum memang termasuk paling rawan mengalami kerusakan. Keberadaan habitat pesut tidak semata-mata terancam oleh lalu lintas sungai, tetapi juga oleh makin meningkatnya eksploitasi sumber daya alam di daerah ini.

Legenda Pesut Mahakam
Pada zaman dahulu di rantau Mahakam hiduplah keluarga yang rukun. Keluarga ini terdiri dari ibu, ayah dan 2 orang anak. Pada suatu hari si ibu menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh siapapun termasuk tabib. Dan akhirnya ibunya meninggal. Hal ini menyebabkan ayahnya menjadi orang yang pemurung.

Suatu ketika di dusun tersebut diadakan pesta adat panen yang biasa dilakukan setiap tahun. Pesta ini dilakukan selama 7 hari 7 malam. Pada suatu ketika untuk menghibur ayahnya ke-2 anaknya mengajak ayahnya untuk menyaksikan pertunjukan yang diadakan pada pesta tersebut. Pada malam terakhir pesta diadakan pertujukan tarian yang dilakukan oleh seorang wanita yang cantik dan banyak dibicarakan oleh para penduduk. Hal ini menimbulkan rasa penasaran sang ayah untuk melihatnya. Akhirnya ayah dan 2 anak itu pun berangkat. Pada saat pertunjukkan sang ayah tidak terlalu banyak tertawa seperti warga lain yang menontonnya. Suatu saat, akhirnya bertemu jua pandangan antara si gadis dan sang ayah tadi. Kejadian ini berulang beberapa kali, dan tidak lah diperkirakan sama sekali kiranya bahwa terjalin rasa cinta antara sang gadis dengan sang ayah dari dua orang anak tersebut.

Atas persetujuan tua kampong maka menikahlah sang ayah dan wanita tersebut. Namun sikap baik sang ibu tiri hanya diperlihatkan apabila sang ayah berada di rumah. Apabila tidak ada maka ke-2 anak tersebut diperlakukan tidak baik. Suatu saat sang anak disuruh mengambil kayu bakar yang banyak. Setelah anak tersebut pergi ke hutan ibu dan ayah meniggalkan mereka.

Esok harinya mereka bersikeras mencari ke-2 orang tua mereka. Setelah 2 hari mencari ternyata belum ketemu juga. Akhirnya mereka melihat sebuah gubug yang sudah reot, disana ada kakek tua dan mereka pun menanyakannya. Kakek tua berkata bahwa pernah ada 2 orang yang meminjam perahunya untuk tinggal di seberang sana. Ke -2 anak tersebut akhirnya meminjam perahu kakek untuk menyusul keseberang. Setelah menyebaerang mereka pun menemukan sebuah rumah dan setelah diperiksa ternyata memang benar disana terdapat barang – barang milik ayahnya. Akan tetapi pada saat itu  ke-2 orang tua mereka sedang tidak ada. di pondok tersebut ada bubur yang masih tersimpan di kuali. Saking laparnya ke-2 anak tersebut langsung memakan bubur tersebut. Setelah memakan bubur tersebut suhu badan ke-2 anak tersebut semakin meningkat. Karena panic maka mereka langsung berlari keluar dan mencari sungai. Setelah mereka menceburkan diri ke sungai mereka berubah wujud menjadi seekor ikan yang mempunyai kepala mirip manusia.

Masyarakat yang berada di tempat itu memperkirakan bahwa air semburan kedua makhluk tersebut panas sehingga dapat menyebabkan ikan-ikan kecil mati jika terkena semburannya. Oleh masyarakat Kutai, ikan yang menyembur-nyemburkan air itu dinamakan ikan Pasut atau Pesut. Sementara masyarakat di pedalaman Mahakam menamakannya ikan Bawoi.

Morofologi Ikan Pesut
Di perairan Indonesia ada 20 jenis lumba-lumba, namun pesut mahakam merupakan satu-satunya yang hidup di air tawar. Pesut dewasa rata-rata memiliki berat 90-200 kilogram dengan panjang antara 2-2,75 meter. 

Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh Pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah - tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar. 
Bentuk Tubuh Pesut
Pesut bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, namun pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan. Barangkali mereka menggunakan ultrasonik untuk melakukan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya di laut.

Kebiasaan Hidup Ikan Pesut
Tidak seperti mamalia air lain yakni lumba-lumba dan ikan paus yang hidup di laut, pesut (Orcaella brevirostris) hidup di sungai-sungai daerah tropis. Populasi satwa langka yang dilindungi Undang-Undang ini hanya terdapat pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irawady.

Dahulu pesut pernah ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka. Kecuali di sungai Mahakam, di tempat ini habitat Pesut Mahakam dapat ditemukan ratusan kilometer dari lautan yakni di wilayah kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai di perairan Sungai Mahakam, Danau Jempang (15.000 Ha),  danau Semayang (13.000 Ha) dan danau Melintang (11.000Ha).
Namun, habitat yang sesungguhnya berada di sungai besar seperti Sungai Gangga, Mekong, Chaophya, Mahakam, Doly, dan Milingimbi, serta di pesisir yang agak dangkal berair hangat. Kesamaan sejenis ini diduga berkaitan sejarah zoogeografi kawasan Asia. Sekitar 18.000 tahun lalu, daratan Sumatera, Jawa, dan Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia.

Di Indonesia, Weber yang pada tahun 1962 pertama kali menyebutkan adanya pesut. Ia menyebutkan penyebaran pesut Kaltim berasal dari Kecamatan Longiram atau sekitar 100 mil dari laut. Pada waktu itu disebutkan penyebaran pesut ditemukan mulai muara Sungai Mahakam atau delta Mahakam hingga sejauh 200 km dalam kelompok yang cukup banyak, termasuk perairan Samarinda hingga Tenggarong.

Kebiasaan Makan Ikan Pesut
Pesut dewasa merupakan ikan yang rakus dalam satu bulan diperkirakan bisa melahap dua ton ikan dan udang. Asumsinya, apabila populasinya 50 ekor maka setidaknya dalam sebulan konsumsinya adalah 100 ton ikan dan udang. Potensi perikanan darat di Kutai Kartanegara, termasuk kawasan Sungai Mahakam yang menjadi habitat Pesut Mahakam adalah sekitar 30.000 ton yang sebagiannya sudah "dimakan" oleh nelayan setempat.
Kawanan Pesut
Kebiasaan Berkembangbiak Ikan Pesut
Mamalia berwarna abu-abu kebiruan ini diperkirakan secara biologis hanya mencapai umur 26-30 tahun. Dalam masa itu, untuk pesut betina hanya mampu maksimal melahirkan lima kali. Seekor pesut betina hanya melahirkan satu ekor anak dengan masa hamil 14 bulan dan masa menyusui dua tahun.
Induk Pesut dan salah satu anaknya
Lanjut ke Part 2 dan Final Part
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Semoga Bermanfaat...

1 komentar untuk "Pesut Mahakam : Si Lucu Yang Hampir Punah (Part 1)"