Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Ikan Baung

Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat, khususnya petani/nelayan, kegiatan budi daya ikan merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh. Kegiatan budi daya beberapa jenis ikan, seperti ikan mas, nila, mujair, gurame, lele, dan patin sudah umum dikembangkan di masyarakat.

Salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudidayakan adalah ikan baung. Ikan baung adalah sejenis lele (catfish) yang hidup di perairan umum, seperti sungai (dari hulu sampai ke muara) dan danau. Di Indonesia, ikan baung cukup populer dan amat digemari oleh konsumen, khususnya di Sumatra dan Kalimantan karena berdaging tebal dan memiliki rasa yang khas.
Ikan baung [sumber]
Harga satu kilogram ikan baung ukuran konsumsi (1/4 kg - 1 kg) adalah Rp 15.000,00 sampai Rp 40.000,00 sedangkan dalam bentuk ikan salai (asap) dapat mencapai Rp 90.000,00/kg. Karena nilai ekonomisnya tinggi, ikan baung senantiasa diburu dan ditangkap. Sampai saat ini, penyediaan ikan baung untuk konsumsi masih diperoleh dari penangkapan di alam. Ekploitasi alam tanpa memperhatikan kelestarian tentu akan menurunkan populasi ikan baung, bahkan dapat mengakibatkan kepunahan. Gejala kepunahan ikan baung sudah dirasakan oleh masyarakat Sumatra Tengah (Riau, Jambi, dan Bengkulu), Sumatra Selatan, dan Kalimatan.

Klasifikasi Ikan Baung
Ikan baung diklasifikasikan ke dalam Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub-kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Sub-ordo Siluroidea, Famili Bagridae, Genus Macrones, dan Spesies Macrones nemurus CV. (Saanin, 1968). Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.
Ikan baung [sumber]
Sinonim Mystus nemurus adalah Bagrus nemurus CV., Bagrus hoevenii Blkr., Bagrus sieboldi Bikr., Hemibagrus nemurus Bikr., Macrones nemurus Gunther., Macrones bleekeri Volza., Macrones howony Popla., dan Macrones borga Popla (Weber and de Beaufort, 1965).

Di daerah Karawang, ikan baung dikenal dengan nama ikan tagih atau senggal, sedangkan di Jakarta dan Malaysia dikenal sebagai ikan bawon, senggal, singgah, dan singah (Sunda/Jawa Barat); tageh (Jawa); boon (Serawak); niken, siken, tiken, tiken-bato, baungputih, dan kendinya (Kalimantan Tengah); baong (Sumatra) (Weber and de Beaufort, 1965; Djajadiredja et al., 1977).

Morfologi Ikan Baung
Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan sepasang di lubang pemafasan; sedangkan panjang sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur.
Ikan baung [sumber]
Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip punggung yang kira-kira sama dengan sirip dubur. Sirip ekor berpinggiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwama coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih ke arah bagian bawah

Daerah Penyebaran Ikan Baung
Distribusi ekologis ikan baung, selain di perairan tawar, sungai, dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya ditemukan di daerah banjir. Ikan baung berhasil hidup dalam kolam yang dasarnya berupa pasir dan batuan (Madsuly, 1977). Di Jawa Barat, ikan baung banyak ditemukan di sungai Cidurian dan Jasinga Bogor yang airnya cukup dangkal (45 cm) dengan kecerahan 100 %. 

Distribusi geografis ikan baung, selain di perairan Indonesia, juga terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan Thailand.

Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung
Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan beradaptasi tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang tersedia di suatu perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita dapat mengetahui hubungan ekologi organisme dalam suatu perairan, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan persaingan makanan dan rantai makanan.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasukjenis ikan karnivora dengan susunan makanan yang terdiri atas ikan, insekta, udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Susunan makanan ikan baung dewasa berbeda dengan susunan makanan ikan baung anakan. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta, sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Tetapi, Djajadiredja et al. (1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora dengan makanan terdiri atas anak ikan, udang, remis, insekta, moluska, dan rumput. Makanan utama ikan baung yang hidup di Waduk Juanda terdiri atas udang dan makanan pelengkapnya berupa ikan dan serangga air, sehingga digolongkan dalam jenis ikan kamivora.

Cara Berkembang Biak Ikan Baung
Berdasarkan laporan alawi et.al. (1990), ikan baung diperairan sungai Kampar (Riau) memijah pada sekitar bulan Oktober sampai bulan Desember.  Hal ini merupakan fenomena umum karena pada saat itu biasanya musim hujan dan sebagian besar ikan diperairan umum memijah pada awal atau sepanjang musim hujan.  Hal ini terjadi karena ikan yang akan memijah umumnya mencari kawasan yang aman dan banyak makanan.

Kawasan seperti ini didapatkan pada kawasan rerumputan yang digenangi air pada saat musim hujan tiba.  Demikian juga jenis ikan baung mencari tepat perlindungan dan membuat sarang bila melakukan pemijahan (Bardach et.al., 1972).

Sumber : Pembenihan ikan baung. 2008. Bogor

Semoga Bermanfaat...

Posting Komentar untuk "Mengenal Ikan Baung"