Pembenihan ikan Gurame
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famiii Osphronemidae. Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relative stabil. Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.
Larva ikan gurame |
A. Pemijahan
Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, namun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan. Betina dicirikan dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip. Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada. Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Ikan gurami memiliki daging yang tebal dan rasa yang khas. Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m dengan perbandingan jumlah jantan : betina adalah 1 : 3 atau 1: 4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan). Induk betina dapat memproduksi telur 1.500 sampai dengan 2.500 butir/kg induk.
Penempatan sarang ikan gurame |
Sarang diletakkan 1 s/d 2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 s/d 15 cm dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang. Tempat bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga induk ikan mudah mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang Pembuatan sarang dapat berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air. Sarang yang sudah berisi telur diangkat Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas. Minyak yang timbul dapat diserap memakai kain. Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25 s/d 30° C, Nilai pH 6,5 s/d 8,0, aju pergantian air 10 s/d 15 % per hari dan ketinggian air kolam 40 s/d 60 cm.
B. Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 s/d 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15 s/d 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media Penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29 s/d 30° C, nilai pH 6,7 s/d 8,6 dan bersumber dari air tanah. Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 s/d 48 jam.
Penetasan telur ikan gurame |
C. Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium. Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan Faeces. Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 s/d 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 s/d 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 s/d 30° C, nilai pH 6,5 s/d 8,0 dan ketinggian air 1.5 s/d 20 cm.
Perawatan larva ikan gurame |
D. Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam. Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam. Pengeringan dilakukan selama 2 s/d 5 hari (tergantung cuaca).
E. Penyakit
Bila teridentifikasi ikan terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam 500 s/d 1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oxytetracycline dengan dosis 5 s/d 10 mg/liter secara perendaman selama 24 jam.
Semoga Bermanfaat...
Posting Komentar untuk "Pembenihan ikan Gurame"